|
|
04 Desember, 2009
The Rightly guided Caliphs
'Umar was succeeded by 'Uthman who ruled for some twelve years during which time the Islamic expansion continued. He is also known as the caliph who had the definitive text of the Noble Quran copied and sent to the four corners of the Islamic world. He was in turn succeeded by 'Ali who is known to this day for his eloquent sermons and letters, and also for his bravery. With his death the rule of the "rightly guided" caliphs, who hold a special place of respect in the hearts of Muslims, came to an end.
The Guard Who Found Islam
From the magazine issue dated Mar 30, 2009
Army specialist Terry Holdbrooks had been a guard at Guantanamo for about six months the night he had his life-altering conversation with detainee 590, a Moroccan also known as "the General." This was early 2004, about halfway through Holdbrooks's stint at Guantanamo with the 463rd Military Police Company. Until then, he'd spent most of his day shifts just doing his duty. He'd escort prisoners to interrogations or walk up and down the cellblock making sure they weren't passing notes. But the midnight shifts were slow. "The only thing you really had to do was mop the center floor," he says. So Holdbrooks began spending part of the night sitting cross-legged on the ground, talking to detainees through the metal mesh of their cell doors.
He developed a strong relationship with the General, whose real name is Ahmed Errachidi. Their late-night conversations led Holdbrooks to be more skeptical about the prison, he says, and made him think harder about his own life. Soon, Holdbrooks was ordering books on Arabic and Islam. During an evening talk with Errachidi in early 2004, the conversation turned to the shahada, the one-line statement of faith that marks the single requirement for converting to Islam ("There is no God but God and Muhammad is his prophet"). Holdbrooks pushed a pen and an index card through the mesh, and asked Errachidi to write out the shahada in English and transliterated Arabic. He then uttered the words aloud and, there on the floor of Guantanamo's Camp Delta, became a Muslim.
Junaid Baghdadi and Love for Allah
With his head bowed down and tears in his eyes, he said, "The lover of Allah is he who forgets his own self, remains engaged in Allah's remembrance with due regard to all its requirements; sees Allah with the eyes of his heart, which is burnt by the heat of Allah's fear; Allah's remembrance affects him like a cup of wine, he speaks the word of Allah as if All-Mighty Allah speaks through his mouth; if he moves, he does so under the command of Allah; he gets peace of mind only through the obedience of Allah; and when such a stage is reached, his eating, drinking, sleeping, awakening and, in short, all his actions are for the pleasure of Allah; he neither pays heed to the worldly customs, nor does he attach any importance to unfriendly criticism by people."
18 September, 2009
Sebuah Kisah
Kapanpun seseorang merayakan Hijrah (perpindahan Nabi Muhammad ke Madinah), biasanya dia akan mengenang kembali sikap kepahlawanan beberapa orang, baik tua maupun muda, yang mengulurkan tangan mereka untuk membantu kemenangan Nabi Muhammad atas musuh-musuhnya yang berada di Mekah.
Diantara orang-orang tua yang telah membantu Nabi adalah Abu Bakar Al-siddiq, salah satu sahabat terdekat nabi, yang kemudian menjadi penerusnya, atau khalifah – dan Suraqah ibn Malik.
Salah satu pemuda yang telah membantu Nabi Muhammad saw adalah Ali bin Abi Thalib, yang merupakan keponakan dari Nabi Muhammad (yang kemudian menjadi menantu), yang telah rela membahayakan dirinya dengan tidur di tempat tidur Nabi untuk memperdaya para musuh yang hendak membunuh Nabi dirumahnya.
binti Abu Bakar, yang membawa persediaan kepada Nabi Muhammad dan ayahnya Abu Bakar pada saat mereka sedang bersembunyi.
Sedangkan peran Suraqah ibn Malik dalam membantu Nabi Muhammad sangat unik, terutama bila kita menyadari bahwa semuanya berawal saat Suraqah ibn Malik mengincar hadiah yang ditawarkan oleh Quraish kepada mereka yang dapat membawa kembali Nabi Muhammad ke Mekah hidup atau mati.
Berikut adalah kisahnya:
Beberapa hari sebelum hijrah Nabi Muhammad ke Madinah atas undangan dari para pendukungnya di Madinah, kaum musyrik Mekkah sedang berdiskusi mengenai cara-cara untuk membunuh Nabi Muhammad. Pada akhirnya mereka menyepakati sebuah rencana jahat bahwa seluruh suku di Mekkah harus mengambil bagian dalam rencana tersebut dan bertanggungjawab atas pembunuhan Nabi Muhammad.
Meskipun demikian, informasi mengenai rencana ini diketahui oleh Nabi Muhammad melalui wahyu Allah dan Nabi pun mendapatkan izin dari Allah untuk berhijrah ke Madinah. Nabi meminta kepada Ali untuk tidur ditempat tidurnya dan menghadapi beberapa pemuda bersenjata seperti yang telah diceritakan dalam Al-Qur’an.
Kaum Muslim percaya bahwa Nabi Muhammad dapat keluar rumah dan menuju rumah Abu Bakar dengan selamat karena Allah telah membuat para pemuda bersenjata yang telah menunggu didepan rumah Nabi tertidur lelap. Nabi dan Abu Bakar pergi ke sebuah gua dan bersembunyi disana selama tiga hari.
Kaum Quraish bingung dan terkejut mengetahui hal tersebut sehingga mereka menawarkan hadiah berupa seratus ekor unta bagi siapa saja yang dapat membawa Nabi Muhammad saw kembali ke Mekkah. Suraqah ibn Malik, yang telah dikenal dengan keahliannnya dalam mencari jejak, mengikuti Nabi Muhammad dan Abu Bakar.
Ketika Suraqah hendak mendekati mereka, kaki kuda yang ditunggangi Suraqah terbenam kedalam pasir, sehingga pada saat itu juga dia berteriak kepada Nabi supaya Nabi mau berdoa untuknya. Suraqah kemudian mencoba mengikuti Nabi Muhammad lagi, tetapi untuk yang kedua kalinya, kaki kuda yang ditungganginya terbenam kedalam pasir hingga batas lutut kuda tersebut. Pada saat itulah Suraqah menyadari bahwa orang yang dia kejar adalah orang suci dan dia akhirnya percaya bahwa Nabi Muhammad benar-benar utusan Allah.
Suraqah berteriak meminta tolong dan berjanji bahwa dia tidak akan hanya berhenti mengejar Nabi tetapi juga akan mengecoh dan mencegah yang lain untuk mengejar Nabi Muhammad. Dia kemudian menawarkan senjata dan bekal makanannya kepada Nabi dan Abu Bakar, tetapi ditolak oleh keduanya. Keduanya hanya memintanya untuk mencegah para pemburu yang lain dalam mengejar Nabi.
Suraqah kemudian bertanya, “Ya Muhammad, saya mengetahui bahwa pesanmu akan tersebar luas dan statusmu akan sangat tinggi. Berjanjilah pada saya bahwa anda akan menolong saya pada saat saya datang menemuimu dan tuliskanlah hal ini.”
Nabi mendiktekan dan Abu Bakar menulis janji yang diucapkan Nabi. Ketika akan pergi, Nabi bertanya pada Suraqah, “Apa yang kamu rasakan saat kamu memakai gelang Khosrau (Kaisar Persia)?”
“Khosrau anak dari Hurmuz?”, jawab Suraqah.
“Ya, Khosrau anak dari Hurmuz”, jelas Nabi Muhammad.
Suraqah kembali melanjutkan perjalanan pulang ke Mekkah dan menyimpan pedangnya untuk mencegah para pemburu yang lain dalam mengejar Nabi. Kemudian Suraqah bercerita kepada para Quraish mengenai kisahnya. Pada saat dia dicacimaki dan disalahkan, dia menjawab, “Demi Tuhan, jika saja kamu menyaksikan apa yang terjadi pada kuda saya, kamu pasti akan mempercayai kebenaran utusan Allah yang tidak dapat dihindari”
Sepuluh tahun kemudian, Suraqah bergabung dalam komunitas Islam di Madinah. Dengan kesyahidan Nabi Muhammad beberapa bulan kemudian, Surraqah sangat berkabung sama seperti para sahabat Nabi yang lainnya. Tetapi ada satu hal yang selalu dia pikirkan dan belum menemukan jawabannya, yaitu pada saat Nabi berkata, “Apa yang akan kamu rasakan saat kamu memakai gelang Khosrau?”
Beberapa tahun kemudian, apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad menjadi kenyataan. Pada saat kekhalifahan Umar ibn Al-Khattab, Persiaberhasil ditundukkan oleh tentara Islam, dan harta Kaisar Khosrau yang sangat bernilai dibawa ke Masjid di Madinah.
Suraqah kemudian baru menyadari maksud dari perkataan Nabi Muhammad beberapa tahun lalu tersebut. Dan dipastikan bahwa Khalifah Umar meminta Suraqah untuk memakai perhiasan Khosrau termasuk gelang tersebut.
06 September, 2009
petualang
Manusia terlahir bukan tanpa membawa apapapun tetapi sebaliknya,Tuhan sudah membekalinya dengan segala sesuatu yang dibutuhkannya untuk mengarungi belantara semesta, menyusuri putaran waktu dan ruang yang terhampar di hadapnnya, ya itulah perjalanan hidup, sebuah perjalan dengan tujuan mencari merangkai dan memaknai tujuan itu sendiri...